Tidak
mengherankan apabila ada kabar pelecehan seksual yang dilakukan oleh Anand
Krishna terhadap para murid wanitanya. Karena sepanjang kiprahnya, Anand
Krishna sudah terbiasa melakukan pelecehan yang lebih besar lagi, yaitu
pelecehan agama.
Menurut
H Amin Djamaluddin, pengurus MUI Pusat, pelecehan agama ini dilakukan oleh guru
semedi Anand Krishna karena ia menganut ajaran sinkretisme, yaitu mencampur
aduk semua ajaran agama, antara lain: Hindu, Budha, Kristen, Katolik, dan
Islam. Inilah beberapa kesimpulan ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam
(LPPI), yang dikutip langsung dari buku-buku tulisan Anand Krishna:
Anand Krishna Ajarkan Sinkretisme Ketuhanan
Menurut
pemahaman Anand Krishna, “Tuhan” bukanlah dzat yang Maha Mulia, tapi sebatas
pada sistem yang ada di dalam diri manusia. Jadi kedudukan Tuhan menurut konsep
Anand lebih rendah dari manusia, karena Tuhan sederajat dengan sistem kesadaran
pada diri manusia, atau sistem sel pada otak manusia. Jadi, Tuhan itu bagian
dari makhluk (manusia), bukan al-Khalik, begitu menurut pemahaman Anand
Krishna.
Sistem
kesadaran pada manusialah yang kemudian melahirkan adanya “Tuhan”. Manusia
merasa inferior, maka perlu mendapat perlindungan dari sesuatu yang lebih
superior. Maka kesadaran akan adanya hal inilah yang secara otomatis melahirkan
“kebutuhan” akan “Tuhan”, dengan nama yang berbeda-beda (ada yang menyebutnya
Widhi, Yang Satu dan sebagainya). Jadi, pemahaman konsep “Tuhan” yang
dihasilkan Anand sama saja dengan pemahaman yang selama ini disosialisasikan
oleh kalangan kiri (Marxisme dan sebagainya).
Dalam
buku berjudul “Asmaul Husna”, Krishna menulis:
“Agama kita memang berbeda tapi jangan
mengkotak-kotakkan Tuhan, ini Tuhanmu, itu Tuhanku. Bagaimana kita dapat
membagi-bagikan Tuhan Yang Maha Tunggal adanya.” (hal 175).
Anand Krishna melecehkan wahyu Allah dan para nabi-Nya
“Tuhan
itu Maha Adil Adanya, Tuhan Itu Maha Pengasih Adanya, Tuhan itu Maha Ini
Adanya, Tuhan itu Maha Itu Adanya. Semuanya hanyalah “atribut-atribut” yang
anda berikan kepada Tuhan. Atribut-atribut pemberian anda. Ada yang berdalil
“Oh tidak, bukan pemberian manusia. Tuhan yang menyatakan lewat wahyu-Nya pada
Si Fulan.”
Nah,
si Fulan itu siapa? Bukankah ia pun manusia yang berdarah dan berdaging seperti
anda dan saya? Wahyu yang diterima oleh si Fulan dan para Fulan lainnya juga
masih tetap harus dijabarkan lewat kata-kata dan pikiran manusia.
Anand Krishna Menghina Muslimah Berjilbab
Anand
Krishna juga menghina wanita berjilbab, dalam tulisan di bukunya:
“Mereka
yang menutup rapat badannya (memakai jilbab, pen) tidak lebih baik daripada
mereka yang memamerkan badannya. Dua-duanya masih berada pada kesadaran
lahiriyah.” (AH! Mereguk
Keindahan tak Terkatakan, hal. 34).
Di
samping cenderung melecehkan, pernyataan Anand Krishna di atas menunjukkan
bahwa telah terjadi gangguan serius pada konsep moral dalam dirinya, sehingga
ia menilai sama saja antara orang telanjang dengan berpakaian.
Anand Krishna Melecehkan Al-Qur’an dan Ibadah Semua umat
Islam
Jahatnya,
Anand Krishna melecehkan ayat Al-Qur’an: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz-Dzariyat 51:56). Ia
menuding orang yang mengamalkan ayat ini sebagai orang yang tidak waras
sehingga perlu dibantu psikolog. Anand menulis:
“Yang tua akan mati. Yang mati akan lahir kembali dan
yang lahir kembali akan mati lagi. Lalu, di balik kelahiran dan kematian
berulang kali –adakah suatu tujuan?
Timur Tengah akan menjawab, “Agar manusia bisa beribadah
kepada-Nya.” Asia Tengah akan menjawab, “Agar manusia mencapai
kesempurnaan dan bisa kembali kepada-Nya.” Masih banyak jawaban lain yang
dapat kita peroleh –jawaban-jawaban yang sangat janggal.
Jawaban “agar manusia bisa beribadah kepada-Nya”
melahirkan sosok Tuhan yang haus perhatian. Ia membutuhkan seorang psikolog,
seorang psikiater. Begitu hausnya Dia akan perhatian, sehingga menciptakan
dunia yang amburadul dan tidak terurusi dengan baik.” (AH!
Mereguk Keindahan tak Terkatakan, hal. 99-100).
Anand Krishna menghina hukum Islam tentang qishas dan
merendahkan para sahabat Nabi Muhammad
Selain
melecehkan ketentuan berjilbab, Anand Krishna dalam bukunya berjudul “AH! Mereguk Keindahan Tak Terkatakan”
juga melecehkan hukum qishosh (balasan pembunuhan) dan diyat (denda
pembunuhan). Tulisan itu sebagai berikut:
“Baru-baru ini seorang tokoh masyarakat menyatakan, agar
mereka yang dianggapnya ‘berdosa’ terhadap masyarakat Aceh diadili di Aceh,
dengan menggunakan hukum adat Aceh. Lalu, ia mnejelaskan bahwa berdasarkan
hukum adat, seorang pembunuh harus diberi hukuman mati atau membayar denda.
Dengan apa pula denda yang ia maksudkan? Seorang pembunuh harus membayar denda
onta, yaitu 50 ekor onta, yang ia rupiahkan menjadi Rp 250 juta. Satu onta
dihargai Rp 5 juta. Saya cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala saya. Jika hukum
seperti itu diberlakukan, mereka yang berduit dengan sangat mudah bisa
memperoleh SIM (Surat Izin Membunuh). Bayangkan, dengan satu miliar rupiah
saja, anda sudah boleh membunuh empat orang. Bahkan, nantinya bisa-bisa
pemerintah tingal jual ‘Kartu Membunuh Pra-Bayar’. Kalau sudah habis pulsa
tinggal diisi ulang”
(hal. 61)
Masih
melalui tulisan yang sama, Anand tidak saja melecehkan hukum qishosh dan
ketentuan diyat, ia juga telah merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW, yang
dianggapnya sebagai manusia yang belum cukup sadar akan nilai kemanusiaan, dan
hanya faham satu-satunya bahasa yaitu bahasa materi. Ini satu penghinaan yang
sangat nyata, yang maknanya adalah menghinda Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa
risalah Syariah Islam, dan bahkan menghina Allah SWT yang mewahyukan ketentuan
tersebut.
“Sang tokoh tadi tidak sadar bahwa hukum seperti itu
mungkin sangat efektif di masa lalu. Ketika, seorang bisa membunuh orang lain
hanya karena satu onta, hukuman membayar 50 onta menjadi sangat bermakna.
Sangat berarti dan sangat efektif untuk membuat si calon pembunuh berfikir 50
kali. Jelas, hukum seperti itu tidak bisa diperlakukan lagi. Taruhlah, angka 50
onta diganti menjadi 500 onta, atau 5000 onta –yang jelas, nyawa manusia tidak
bisa dihargai dan dinilai demikian.”
“Seribu limaratus tahun yang lalu, adanya hukum seperti
itu di tanah Arab bisa difahami. Masyarakat Arab saat itu masih belum cukup
sadar akan nilai-nilai kemanusiaan. Satu-satunya bahasa yang mereka fahami
adalah bahasa materi. Dan ‘materi pada zaman itu, dikaitkan dengan jumlah onta
atau domba yang dimiliki oleh seseorang. Sekarang ceritanya sudah lain.”
Dari beberapa contoh dan uraian di atas, sudah dapat
dengan jelas ditarik kesimpulan, bahwa ajaran Anand Krishna sangat merendahkan
dan mengacaukan konsep tentang Tuhan. Selain itu, ia tidak saja meragukan
ajaran agama, khususnya Islam, tetapi justru melecehkan, dengan dalih “saya
hanya seorang penyelam”
(hal. 62)
Dulu,
guru semedi Anand Krishna melecehkan Islam. Sekarang ia melakukan pelecehan
seksual kepada para murid wanita di ruang semedi. Besok, siapa yang jadi korban
pelecehan guru semedi Anand Krishna?
0 komentar:
Posting Komentar