MASJID
SOEHARTO
Almarhum mantan
presedien Haji Muhammad Soeharto meninggalkan sebuah masjid megah dan terbesar
di Sarajevo, ibukota Negara muslim di Eropa Timur, Bosnia Herzegovina yang
sangat terkenal dengan sebutan Masjid Soeharto. Masjid ini dibangun atas biaya
para dermawan muslim Indonesia, rakyat, pejabat dan pemerintah Indonesia.
Ide pembangunan masjid ini muncul
saat Soeharto melakukan kunjungan Negara ke Sarajevo. Kunjungan ini sangat
bersejarah karena dipandang sebagai kunjungan kepala Negara paling berbahaya di
dunia. Saat itu Sarajevo sedang dilanda perang sengit. Tanggal 13 Maret 1995
Soeharto dan rombongan mendarat di Sarajevo dengan menggunakan rompi anti
peluru.
Dari
beberapa sudut pandang orama masjid ini terlihat berlatang belakang gedung
gedung wilayah tersebut. Di sekitar masjid juga ada madrasah tua dari abad
ke-16 yang masih aktif menggelar program pendidikan sampai saat ini. Suasana
khas Indonesia sangat kental di bagian dalam masjid. Ukiran kayu khas Indonesia
menghiasi mihrab, mimbar dan kusen masjid. Masjid Soeharto dirancang oleh
arsitektur Indonesia, Fauzan Noe’man, arsitek kenamaan yang juga merancang
masjid-masjid besar di Tanah Air.
Masjid
ini dibangun dengan dana 2,7 juta Dollar di atas tanah seluas hamper 2.800
meter persegi. Dilengkapi dengan kubah berdiameter 27 meter setinggi 27 meter.
Kubah masjid dilengkapi dengan tiga susun celah sebagai ruang masuk cahaya ke
dalam masjid. Dua menara kembarnya setinggi 48 meter. Mimbar khatib berupa
tangga seperti yang biasa ditemui di masjid-masjid besar Indonesia berdiri
gagah di sisi kanan ruang imam. Setiap orang Indonesia yang melihat ukiran
mimbar itu akan tahu bahwa ukiran itu berasal dari Nusantara.
Masjid
Soeharto terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar digunakan untuk kantor, tempat
wudhu, auditorium yang biasa dipakai untuk acara pernikahan dan lainnya,
perpustakaan, pusat arsitektur Islam dan ruang kelas. Lantai dua beralaskan
karpet diperuntukkan sebagai ruang shalat pria dan lantai tiga digunakan khusus
untuk ruang shalat wanita. Secara berkala ada pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan
ceramah agama yang dihadiri ribuan jamaah. Kehidupan ibadah semakin hari
semakin marak, terutama di saat-saat khusus seperti Ramadhan.
Sumber: Hidayah, 2012,
Hal. 114-117
0 komentar:
Posting Komentar